Jombang, TelusuR.ID – Kurang beberapa hari lagi gelaran pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak se Indonesia 2024 dilaksanakan. Tak terkecuali Pilkada Kabupaten Jombang, Jawa timur.
Di saat -saat terakhir jelang pencoblosan santer kabar adanya sejumlah kader bahkan pendiri partai Gerindra Jombang, beralih dukungan dari yang semula tegak lurus mendukung pasangan calon (Paslon) nomor urut 02, Warsubi Salman (WarSa), beralih mendukung paslon nomor 01, Mundjidah-Sumrambah (MuRah).
Hal ini dikarenakan para kader partai besutan Prabowo Subianto itu merasa, partai berlambang burung Garuda ini hanya dikuasai segelintir orang yang merupakan keluarga dari calon bupati (Cabup) Warsubi.
Ratno Hadi Siswanto salah satu deklarator atau pendiri partai Gerindra di Jombang mengatakan bahwa pada 2009 yang silam ia turut mendirikan partai Gerindra Jombang, dimana saat itu Gerindra diketuai oleh Siswoyo.
Dan pada pilkada Jombang 2024 ini, ia menyebut para kader Gerindra Jombang, tidak lagi peduli dengan sosok paslon yang diusung oleh partainya. Karena ada beberapa persoalan yang mempengaruhi hal tersebut.
“Saya ini salah satu deklarator partai Gerindra, pada tahun 2009, pertama kali ada Gerindra di Jombang, yang diketuai oleh pak Siswoyo,” kata Hadi, Sabtu 23 November 2024.
Ia pun menjelaskan mengapa para kader dan pendiri partai Gerindra beralih dukungan di pilkada Jombang tahun ini.
“Mengapa banyak teman-teman (kader Gerindra) yang tidak mendukung WarSa (Warsubi-Salman), malah mendukung MuRah (Mundjidah-Sumrambah), karena banyak teman-teman yang kecewa,” ujarnya.
Ia pun menyebut bahwa selama pilkada Jombang tahun 2024 ini, struktur pengurus partai Gerindra, baik di tingkat ranting, PAC maupun di DPC tidak ada yang dilibatkan dalam pilkada.
“Pengurus strukturtural mulai ranting, PAC hingga DPC tidak dipakai (dilibatkan) di pilkada, dipakai itu saat dibutuhkan, kalau gak dibutuhkan ya sudah gak dipakai lagi,” tuturnya.
Lebih lanjut ia mencontohkan pada saat kegiatan pasar WarSa semisal, para kader maupun pengurus strukturtural tidak dilibatkan dalam kampanye pasar WarSa itu.
“Contoh simpel kemarin ada beberapa, dimana mantan ketua saya partai (Gerindra) di sebelah rumahnya ada kegiatan pasar WarSa, tetapi mantan ketua saya ini tidak diberi tau bahwa di situ ada acara WarSa,” kata Hadi.
Dengan adanya kondisi ini, ia mengaku bahwa kader maupun pengurus strukturtural, merasa tak dimanusiakan oleh cabup WarSa maupun ketua Gerindra Jombang, yang tak lain adalah putri dari cabup nomor 02.
“Maka teman-teman secara manusiawi, karena mereka (kader) punya perasaan tetapi tidak dimanusiakan manusia, maka teman-teman sepakat mendukung Mundjidah-Sumrambah,” ujarnya.
Selain itu, ia menyebut bahwa selama ini kader dan pengurus strukturtural Gerindra Jombang juga mengetahui rekam jejak masing-masing paslon.
Dimana saat ini Mundjidah-Sumrambah memiliki rekam jejak yang positif dan bagus, sedangkan paslon Warsubi-Salman, dikabarkan memiliki istri simpanan di Mojokerto yang membuat gaduh pilkada Jombang.
“Karena sudah tau kinerjanya Bu Mundjidah dan mas Rambah pada periode tahun kemarin,” tuturnya.
Ia pun mengungkap alasan kuat kader dan pengurus strukturtural partai tidak mendukung WarSa. Meski semula kader dan pengurus strukturtural awalnya tegak lurus terhadap partai.
“Mengapa kader tidak tegak lurus sama partai ya karena itu alasannya tadi. Kita sebenarnya tegak lurus sama partai tapi mereka yang baru datang tidak memanusiakan kita,” kata Hadi.
Hal senada juga disampaikan oleh Sugiono wakil ketua DPC Gerindra Jombang. Purnawirawan TNI ini mengaku bahwa selama ini kader partai maupun pengurus strukturtural partai Gerindra tegak lurus terhadap partai.
Namun, pada pilkada Jombang ini, partai melabuhkan pilihan terhadap sosok figur yang kurang tepat. Bahkan, figur ini memiliki track record buruk, yakni terlibat skandal, terkait dugaan memiliki istri simpanan di Mojokerto.
“Kita ini kan jelas struktur partai Gerindra, saya ini posisinya kan juga wakil ketua (DPC) Gerindra Jombang, saya ini juga kakorcam (ketua koordinator kecamatan) DPR (pileg),” ujar Sugiono.
“Seharusnya memang kita tegak lurus terhadap rekom yang diberikan DPP, tapi ini kan bukan pilihan partai, ini merupakan pemilihan figur pemimpin daerah, jadi kita cenderung merapat kepada orang yang amanah, pernah memimpin Kabupaten Jombang, yakni Bu Mundjidah dan mas Rambah,” tuturnya.
Ia pun berharap agar pasangan Mundjidah Sumrambah bisa memenangkan pilkada Jombang tahun ini, sehingga ada keberlanjutan program pembangunan. Mengingat pada era sebelumnya, program yang digagas putri pendiri Nahdlatul Ulama (NU) itu, terkendala pandemi covid-19.
“Kita harapkan kelanjutannya ada. Karena pada periode pertama kemarin ada kendala covid, sehingga tidak merata pembangunan itu, sehingga kita lanjutkan kiprahnya Bu Mundjidah dan mas Rambah,” kata Sugiono.
Perlu diketahui pasangan WarSa diusung 8 parpol parlemen dan nonparlemen yang bergabung menjadi Koalisi Jombang Maju. Yaitu partai Gerindra, PKB, PKS, Golkar, NasDem, Gelora, PAN dan PSI