Gresik, TelusuR.ID – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak di Indonesia bakal digelar pada 27 November 2024 mendatang. Arah pergerakan peta politik pun semakin menarik dan dinamis.
Meski begitu, masyarakat nantinya tetap akan memilih siapa yang bakal menjadi kepala daerah untuk lima tahun mendatang. Nama-nama kandidat pasangan calon (Paslon) sendiri pun telah diumumkan pada publik oleh masing-masing KPU di tingkat daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota.
Dalam hal ini, masyarakat pemilih pun tak boleh sembarangan atau asal pilih di hari pemilihan nantinya. Apalagi sosok pemimpin yang terpilih nantinya berpengaruh pada pola kepemimpinan atas daerahnya.
Oleh karena itu, diperlukan masyarakat yang cerdas supaya tidak asal pilih pemimpin dalam gelaran Pilkada nantinya.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Gerakan Penolak Lupa (GEPAL) mengadakan Pertemuan Lintas Generasi (PETAGENI) 2 di Kedai Pinatih, Minggu (8/9). Acara dikemas dalam bentuk seminar kepemimpinan dengan mengangkat tema “Memimpin di Era Revolusi Industri 4.0. Tantangan dan Perspektif Baru Kepemimpinan yang Ideal”.
Hadir sebagai narasumber Prof. DR. Soetanto Soepiandy SH. MH pendiri Rumah Dedikasi, Drs. H. Mohammad Toha S.Sos, M.Si Kepala Balai Diklat Keagamaan, Hari Kurniawan, S.H., MH Komisioner Komnas HAM serta Jemmy Setiawan SH. MH aktivis 98. Sementara sebagai Keynote Speaker adalah anggota DPRD Kabupaten Gresik, Dimas Setio Wicaksono SH. MKn.
Dalam diskusi ini semua pemateri bersepakat untuk meningkatkan kualitas pemimpin dan kepemimpinan dengan mencerdaskan rakyatnya, dimana disanalah muncul kepemimpinan itu.
“Kita cerdaskan rakyat dengan cara kita. Dengan rakyat cerdas, maka mereka tidak akan mudah ikut jadi boneka,” kata Toha yang juga budayawan ini.
Sementara itu Prof. Dr. Soetanto Soepiadhy yang juga merupakan pakar hukum mengajak para aktivis dan rakyat agar bersatu untuk menjadi pemilih yang cerdas.
Ada banyak cerita, pengalaman, konsep, kriteria, hingga nilai-nilai luhur yang ia bagikan, tentang bagaimana untuk memilih pemimpin yang ideal ” jelas Profesor yang biasa dipanggil Daddy ini.
Prof Soetanto menekankan, ada empat kriteria bagaimana seseorang tersebut layak disebut sebagai pemimpin yang ideal. Selain itu, ada dua hal mendasar yang wajib dimiliki oleh pemimpin yakni integritas dan moralitas.
“Empat kriteria pemimpin ideal yakni Creativity, critical thinking, communication, dan collaboration,” ujar pria yang juga sebagai dosen Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya). Dalam hal creativity (kreativitas-red), seorang pemimpin diharuskan punya daya kreatif dalam perumusan kebijakan publik.
“Pemimpin harus kreatif, mau bikin UU harus kreatif. Artinya, kreatif yang berpihak pada rakyat, juga diperlukan inovasi yang bermanfaat bagi rakyat,” jelasnya.
Kedua, kemampuan untuk critical thinking (berpikir kritis-red) juga penting, agar pemimpin mampu menganalisis situasi dengan baik.
“Semua produk yang dibuat oleh pemimpin, mampu untuk dijadikan sebagai panutan. Artinya, di sini itu kemampuan untuk menganalisis,” tutur dia.
Ketiga, kemampuan komunikasi yang baik. Artinya, komunikasi yang baik antara pemimpin dan bawahannya juga tak bisa diabaikan.
Sebab, menurutnya, hubungan yang baik akan mempermudah jalannya kerja sama dalam mencapai tujuan bersama.
Keempat adalah kolaborasi. Kolaborasi antar semua pihak juga mutlak diperlukan. Tanpa kolaborasi, kesuksesan dalam mewujudkan program kebijakan yang diharapkan tidak akan tepat sasaran. Prof Soetanto juga berpesan agar tidak mudah tergerus atau terbawa arus dengan perkembangan teknologi.
“Hati-hati dengan teknologi yang bisa melunturkan budaya asli kita. Jangan mudah terbawa arus, dan banyak membaca juga,” pesan dia.
Berbicara teknologi canggih masa kini, ia menyinggung sedikit tentang sejarah dan keberhasilan sosok Syahbandar Nyai Ageng Pinatih di Gresik.
Nyai Ageng Pinatih merupakan salah satu sosok Syahbandar yang mampu menguasai perdagangan, termasuk juga jalur logistik laut di wilayah Indonesia bagian timur.
“Ngomong-ngomong tentang teknologi sekarang itu canggih-canggih. Ingat, kita, khususnya Gresik punya itu yang namanya Nyai Ageng Pinatih,” ungkapnya.
“Di zaman segitu, beliau sudah bisa jadi Syahbandar hebat sebelum ada kecanggihan teknologi saat ini,” pungkas Prof Daddy.
Pada Kesempatan yang sama Hari Kurniawan berpesan bahwa para aktivis dari berbagai generasi yang hadir agar tidak takut dan ragu untuk berjuang, karena Komnas HAM akan selalu membersamai.
“Komnas HAM sudah banyak memberikan perlindungan terhadap aktivis yang dikriminalisasi dan akan terus memberikan perlindungan agar keadilan dan hak asasi manusia tetap terus disuarakan dan diperjuangkan,” kata Wawa sapaan akrab Hari Kurniawan.
Jemmy Setiawan sendiri mengatakan bahwa kepemimpinan harus siap dan mampu menjaga bangsa ini. Karena itu, pilihan pemimpin harus memiliki dasar landasan yang kuat. “Jangan sampai pemimpin yang terpilih bahkan tidak tahu tugas dia sebagai pemimpin. Tidak pernah menjadi Ketua OSIS, apalagi memimpin organisasi tapi justru terpilih sebagai wakil rakyat, pembuat undang-undang. Jangan sampai itu terjadi lagi,” pesannya.