JOMBANG, TelusuR.ID – Polemik nasab Habib yang menggemparkan umat Islam di Indonesia pada akhirnya berimbas pada adu domba umat Islam tradisional. Klaim kebenaran dan penolakan gelar ulama dari Arab justru terjadi di negara penganut mayoritas Muslim terbesar melahirkan kubu dukungan masing masing pengikutnya. Fenomena kebohongan nasab yang diungkap oleh salah seorang ulama tradisional melalui hasil penelitiannya, menjadi bom waktu perpecahan bangsa jika tidak segera diantisipasi.
“Pelurusan nasab melalui metode penelitian justru dilawan dengan arogansi dari mereka yang merasa kebenaran nasab tidak boleh diganggu gugat. Jangan pernah silau dan dengan mudah dibodohi oleh mereka, karena mereka ingin memperbudak dan menjajah rakyat Indonesia dengan cara cara spiritual. Mengganti paham dan ideologi bangsa dengan Khilafah Wahabi yang melahirkan intoleransi radikalisme separatisme terorisme. Segera diatasi sebelum terlambat menjadi perang saudara seperti Iraq, Sudan, Suriah. Mereka yang terlanjur besar dengan gelar Habib sedang menciptakan kasta dan giliran dibukakan fakta, mereka menanamkan kebencian kepada ulama tanpa gelar Impor” ungkap Gus Wal selaku ketua umum ormas lintas Agama budaya dan kebhinekaan Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) kepada awak media.
Kekhawatiran Gus Wal di atas cukup beralasan saat bangsa ini sedang dihinggapi kultus gelar sebagai jaminan ukuran ketaatan mereka. Masyarakat yang justru menghargai ulama pendatang daripada ulama tradisional yang selama ini iku berjuang mendirikan dan mempertahankan bangsa dari ancama penjajahan asing. Baik dalam bentuk perjuangan fisik maupun mempertahankan ideologi bangsa.
“Dengan gelar Habib para ulama pendatang selama ini menciptakan kelas pengikutnya, memisahkan dengan pengukut Islam tradisional yang sudah lebih dulu ada. Kelompok Habib Yaman dan Salafi Wahabi di Indonesia hanya mengedepankan ibadah ritual, bukan spiritual yang menghadirkan Tuhan dalam realitas kehidupan, sehingga mudah merendahkan kelompok kyai dan ulama di Nusantara” imbuh Gus Wal.
Polemik nasab Habib yang terbongkar kajian ilmiahnya menurut Gus Wal menjadi pengingat kepada kita semua akan pentingnya menghormati ulama bukan berdasarkan gelarnya, namun ajarannya yang sesuai dengan budaya Indonesia.
“Lebih utamakan hormati Da’I, penceramah yang sesuai kultur warisan para ulama’ nusantara daripada para pendakwah import, baik orangnya maupun ideologinya yang cenderung merusak kearifan lokal bangsa Indonesia. Perkuat dan kolaborasikan NASAB (Nasionalisme Kebangsaan Agama Dan Budaya) untuk menjaga marwah kehormatan, keutuhan dan kedaulatan bangsa Indonesia dari rongrongan kelompok Wahabi Khilafah HTI yang massive berkembang sampai pelosok pelosok kampung desa di seluruh penjuru negeri.
PNIB menjadi salah satu ormas yang selama ini keras menolak kehadiran Wahabi, dan ideologi impor berbaju Agama. Senantiasa mengingatkan kewaspadaan bangsa akan bahaya laten intoleransi berkedok aliran Agama.
“Para ulama’ lokal tradisional adalah penjaga warisan ulama Nusantara terdahulu. Menjaga api Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika merawat umat setia kepada bangsa dan negara. Karena kemerdekaan bangsa Indonesia jasa para kyai santri, pendiri bangsa, pemuda, pejuang dan pahlawan. Bukan para habib habib dari golongan manapun baik syiah ataupun bukan. Sekali lagi jangan pernah mau dibodohi dengan gelar Habib yang menjanjikan pintu surga jika mengikuti mereka. Sementara kebohongan mereka justru sudah menjadi jaminan tidak masuk surga. Jaga kampung, tetangga, rumah ibadah dan handai taulan dari pengaruh aliran asing yang justru terbukti merusak kerukunan hidup beragama di Nusantara ini” pungkas Gus Wal