JOMBANG, TelusuR.ID – Momentum hari kemerdekaan 17 Agustus menjadi ukuran seberapa besar rasa nasionalisme masih ada di tengah gempuran paham ideologi asing yang menyerbu di era milenial ini. Mengingat kembali sejarah perjuangan memproklamirkan kebebasan bangsa dari penjajahan 350 tahun adalah rasa memiliki atas tanah, air dan segala yang ada di bumi pertiwi.
Ormas kebhinekaan lintas Agama dan budaya, Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) menyambut hari kemerdekaan dengan serangkaian acara kirab merah putih di berbagai daerah. Cara PNIB mewujudkan rasa nasionalisme secara nyata dengan mengarak bendera merah putih sepanjang 150 meter menyiratkan pesan mendalam bagi generasi milenial yang kini sedang mengalami krisis rasa memiliki bangsa dan negaranya.
“Kita lahir, dewasa makan dan minum di Indonesia namun masih banyak yang justru menghargai negara lain. Ideologi impor dan penceramah pendatang dari Yaman, timur tengah dijadikan idola, sementara pendakwah pribumi yang memegang erat nilai tradisi asli indonesia nusantara malah tidak dihiraukan dianggap kolot. Ini kan aneh. Bukan tentang pribumi dan non pribumi, tetapi apa yang ada di sekitar kita adalah milik kita juga, sedangkan yang impor sudah pasti bukan milik kita” ungkap Gus Wal Ketua Umum PNIB dalam sebuah acara diskusi bertajuk “Ngaji Pancasila”.
Sebagai organisasi kemasyarakatan yang menjunjung erat nilai-nilai budaya, tradisi, kesetaraan dan nasionalisme, PNIB tidak surut menyuarakan gerakan : Kembali kepada Ibu Pertiwi, Indonesia Setara, Kita Pancasila Kita Merah Putih. Serangkaian acara kirab merah putih mengusung beberapa isu sosial kebangsaan di tengah situasi politik bangsa yang carut marut pasca Pemilu dan menjelang Pilkada serentak.
“Dalam situasi apapaun bukan sebuah alasan untuk membenci bangsa sendiri dan menyadari bahwa kita masih hidup di Indonesia. Pentingnya membentengi diri dengan rasa Nasionalisme menjadi upaya aktif menahan serangan pendatang dalam berbagai bentuk. Monopoli produk luar negeri, penceramah impor, paham Wahabi Khilafah hingga utang luar negeri mengepung kita. Dan kita sampai hari ini masih utuh sebagai NKRI karena masih ada rasa Nasionalisme” lanjut Gus Wal menyampaikan pandangannya.
Kirab merah putih PNIB menjadi upaya refleksi sekaligus menyatukan kembali marwah persatuan yang sempat retak karena berebut kepentingan. Gus Wal dan PNIB dengan segala kemandiriannya berupaya menghadirkan kirab merah putih sebanyak banyaknya kota yang bisa terjangkau.
“Kita isi bulan Agustus dengan kirab merah putih di berbagai daerah, terbuka bagi siapa saja yang masih mencintai Indonesia dengan cara sederhana namun bermakna dalam. Silahkan yang biasanya ikut lomba tarik tambang bisa ikut bergabung kirab merah putih saja, Perkuat dan kolaborasikan Nasionalisme, Kebangsaan Agama dan Budaya untuk menjaga Sejarah perjuangan bangsa Indonesia tidak diklaim dan dibelokkan oleh para imigran Yaman, serta untuk menjaga lingkungan kampung desa kita dari bahaya laten Wahabi Khilafah yang melahirkan Intoleransi Radikalisme Separatisme Terorisme” pungkas Gus Wal.