SURABAYA, TelusuR.ID – Khofifah Indar Parawansa sebagai Ketua Umum PP Muslimat NU mendorong penguatan peran Muslimat NU dalam membangun peradaban. Dengan tidak hanya berkontribusi, namun juga memberi sesuatu yang lebih baik untuk agama, bangsa, negara, ummat dan peradaban dunia.
“Penguatan peran adalah kata kerja yang memerlukan usaha-usaha kongkrit. Di Muslimat NU peran yang terbaik Insyaallah sudah terpupuk lama dan menjadi ‘kredo’ bagi gerak langkah pimpinan, pengurus, anggota Muslimat NU,” kata Khofifah yang juga menjabat Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat NU saat menyampaikan pidato Harlah Resepsi Harlah ke-77 Muslimat NU yang digelar secara hybrid di Kantor Muslimat NU, Jl. Pengadegan Timur, Kecamatan Pancoran, Kota Jakarta Selatan, Rabu (29/3/2023).
Komitmen tersebut juga selaras dengan tema Harlah ke-77 Muslimat NU yakni ‘Menguatkan Peran Muslimat NU dalam Membangun Peradaban’.
Khofifah mengatakan bahwa peningkatan peran ini adalah tagline perjuangan Muslimat NU selama beberapa tahun yang akan datang.
“Saya menyampaikan kepada kita semua bahwa dalam kondisi apapun, Muslimat NU akan hadir untuk melayani melalui berbagai program peningkatkan peran bagi ummat dan bangsa. Saya mengajak kita semua untuk menjadikan kata kerja baik kerja bersama, kerja ikhlas ini falsafah perjuangan,” tutur Khofifah.
Tokoh Nahdliyin Inspiratif 2022 versi Forkom Jurnalis Nahdliyin ini menambahkan, membangun peradaban bisa dimaknai dengan program agar ummat dan bangsa, agar tatanan dunia, dan moral dunia lebih beradab. Yakni dengan menjunjung nilai kemanusiaan, menjunjung tinggi nilai keadilan dan implementasi nilai Maqasidus Syariah al muhafadhotu Aladdin, almuhafadhotu alal maal, al muhafadhotu alala aql, al muhafadhotu alan nafs dan al muhafadhotul alal irdhi wan nasl] dan peradaban mulia.
“Dalam maqasidussyariah_ kita harus menaikkan jenjang wilayah perjuangan kita ke arena nasional dan internasional.
Kata peradaban mulia sesungguhnya selalu didengungkan oleh para ulama, pimpinan ponpes, para pahlawan kemerdekaan, diperjuangkan oleh para pemimpin terutama cita cita Muslimat NU dan jam’iyah Nahdlatul Ulama pada umumnya. HUT Satu Abad NU kemarin juga menjadikan pengembangan peradaban dunia sebagai tema sentral,” urainya.
Bentuk dari hidmad Muslimat NU agar Indonesia berperadaban mulia, lanjutnya, yakni dengan jalan menguatkan kemandirian. Termasuk diantaranya penguatan pendidikan dan karakter di belasan ribu unit-unit pendidikan yang dikelola dan dikembangkan oleh Muslimat NU, pembangunan Lembaga Pendidikan, poliklinik dan rumah sakit, serta lembaga sosial yang diikhtiarkan secara mandiri.
“Sekali lagi, yang dimaksud peradaban mulia itu itu antara lain keunggulan akhlaq bangsa, meningkatnya kesejahteraan, kualitas dan keunggulan sumberdaya manusia, kuatnya karakter kebudayaan dan peradaban yang unggul, penguasaan ilmu dan teknologi, berperan dalam perjuangan keadilan dan perdamaian dunia,” imbuhnya.
Tidak hanya itu, Muslimat NU akan terus bertekad untuk mengangkat derajatnya, berkontribusi, menguatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia yang lebih sejahtera. Muslimat NU akan melanjutkan kiprahnya melalui bidang dakwah dan pengembangan masyarakat, bidang ekonomi koperasi dan agrobisnis.
Kemudian bidang pendidikan dan pelatihan, bidang sosial, budaya, lingkungan hidup dan ketenagakerjaan. Muslimat NU juga akan tetap mendukung terwujudnya bangsa yang kuat dengan mengedepankan kerukunan dan kesatuan.
“Dalam konteks kemasyarakatan maka Muslimat NU akan selalu terdepan dalam kesetiakawanan sosial atau solidaritas sosial serta kesolehan sosial melalui yayasan pendidikan, poliklinik dan rumah sakit, dan yayasan sosial serta unit-unit pelayanan ummat yang kita kembangkan,” ucap Gubernur perempuan pertama di Jatim itu.
Dalam kesempatan ini, Khofifah juga mempertegas bahwa Muslimat NU akan tetap menjadi backbone atau tulang punggung bagi NU dan Islam di Indonesia, serta tatanan dunia yang bermartabat dan unggul.
“Kita memang sudah berjuang sebagaimana pendahulu dan para muasis Muslimat NU untuk meningkatkan peran di bidang pembangunan peradaban unggul ini. Bahkan kita juga sudah diakui oleh dunia sebagai organisasi perempuan yang sangat besar dan terbesar di dunia. Terutama dalam perannya di bidang penguatan nilai kemanusiaan dan nilai kebangsaan, serta nilai perdamaian dunia,” pungkasnya.
Muslimat NU sebagai Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) yang bersifat sosial keagamaan di bawah naungan Jam’iyah Nahdlatul Ulama, berdiri pada tanggal 29 Maret 1946 / 26 Robiul Akhir 1365 H, di Purwokerto Jawa Tengah. Muslimat NU telah meneguhkan diri menjadi wadah perjuangan kaum perempuan Indonesia yang beraqidah Islam Ahlussunnah wal Jama’ah An-Nahdliyah.
Di usianya yang ke 77, Muslimat NU terus menyapa umat dan berhidmat hingga di tingkatan akar rumput serta terus meneguhkan dukungan dan kontribusinya terhadap NKRI dengan menyebarluaskan nilai-nilai Ukhuwah Wathoniyah (persaudaraan kebangsaan), ukhuwah Islamiyah, dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan kemanusiaan).
Saat ini Pimpinan Wilayah Muslimat NU ada di 34 Provinsi, 546 Pimpinan Cabang di Tingkat Kabupaten/Kota serta 9 Pimpinan Cabang Istimewa di luar negeri, 5.222 Pimpinan Anak Cabang di Tingkat Kecamatan, 36.000 Pimpinan Ranting di Tingkat Kelurahan, serta Pimpinan Anak Ranting di tingkatan Rukun Warga yang masih terus dibangun.
Muslimat NU juga terus memperluas jangkauan layananan perangkatnya melalui 108 Rumah Sakit/RSAB/Poliklinik, 104 Panti Asuhan, 10 Asrama Putri, 10 Panti Jompo, 1 Induk Koperasi, 9 Puskop, 144 Koperasi Primer dan 355 TPK (Tempat Pelayanan Koperasi), serta 9800 TK, 14.350 TPQ, 6.226 PAUD, 146 KBIH, dan sekitar 56.000 Kelompok Majelis Ta’lim, dan 146 Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) dan 11 Balai Latihan Kerja (BLK).
Acara peringatan Harlah ke-77 Muslimat NU ini diikuti secara virtual tidak hanya oleh PC Muslimat NU se-Indonesia tapi juga oleh PCI Muslimat NU yang ada di berbagai negara, seperti PCI Muslimat NU London, Jepang, Saudi Arabia, Tiongkok, Hongkong dan Macau, Malaysia, Sudan dan Jerman.