Sampaikan Belasungkawa, Gus Salam Ziarah ke Makam Imam Suhrowardi, Kader IPNU yang Meninggal Saat Puncak Satu Abad NU

0
315 views
Bagikan :

JOMBANG, TelusuR.ID – Mustain kaget. Tidak menyangka, Kamis 9 Februari 2023 dia kedatangan tamu istimewa di rumahnya, Dusun Mojogeneng, Desa Gedangan, Kecamatan Mojowarno, Jombang. Tamu itu adalah KH Abdussalam Shohib, Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Maarif, Denanyar, yang juga wakil ketua PWNU Jawa Timur.

Kedatangan Gus Salam, panggilan KH Abdussalam Shohib, ke rumah Mustain tersebut untuk takziah atas wafatnya Imam Suhrowardi. Anak kedua Mustain itu berpulang saat menghadiri resepsi puncak Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) di Sidoarjo, Selasa 7 Februari lalu. Kader IPNU berusia 22 tahun itu ambruk di rakaat kedua saat jamaah salat Zhuhur. Lalu, wafat.

Mengenakan kopiah dan berbaju batik, mata Mustain tampak berkaca-kaca. Sesekali kali Mustain menyeka air matanya.

‘’Masya Allah, matur suwun sanget atas rawuhipun. Sak-estu. Nyuwun pandonganipun mugi-mugi Ardi (Imam Suhrowardi, Red) husnul khatimah,’’ ujarnya kepada Gus Salam, yang Ketua Panitia Peringatan 100 Tahun NU, PWNU Jatim.

Mustain pun bercerita tentang anaknya yang telah tutup usia. Dia mengatakan, Ardi sebetulnya hendak berangkat ke Sidoarjo bersama rombongan dari kampungnya dengan naik Elf.

Namun, kendaraan itu ternyata sudah penuh. Ardi masih dalam kondisi kurang enak badan. Meski demikian, karena kecintaannya terhadap NU, Ardi pun tetap memohon izin untuk dapat berangkat.

Mustain pun mengizinkan Ardi. Bahkan, di benaknya Mustain pun sebetulnya ingin ikut untuk tabarrukan. Namun, karena di rumah tidak ada orang, maka dia tetap di rumah.

Nanik Rahmawatiningsih, sang istri, sudah meninggal dunia lebih dulu. Keluarga sederhana ini memang begitu cinta pada NU.

Akhirnya, Ardi pun berangkat ke Sidoarjo, Senin 6 Februari 2023 selepas Salat Isya, sekitar pukul 20.10 WIB. Berboncengan motor bersama saudaranya. ‘’Nggih mbeto sangu piyambakipun,’’ ungkapnya.

Singkat cerita, lanjut Mustain, keluarga mendapat laporan bahwa Ardi meninggal dunia di Sidoarjo pada Selasa 7 Februari 2023. Kabar duka itu pun menyentak hati Mustain.
Namun, Mustain tetap bersabar dan berupaya berbesar hati. Ikhlas melepas putra tercintanya yang masih jejaka itu menghadap Sang Khalik. ‘’Memang, Ardi nggadah riwayat penyakit jantung,’’ ucapnya.

Selepas bercerita, Gus Salam pun meminta untuk diantarkan ke makam Ardi sekaligus istri Mustain.
Lokasinya berjarak 1 kilometer dari kampung. Di makam itu Gus Salam membacakan doa dan tahlil untuk almarhum Ardi dan almarhumah istri Mustain. ‘’Ya Allah matur suwun sanget,’’ kata Mustain berkali-kali.

Menurut Gus Salam, begitu mendapat informasi meninggalnya Ardi, pihaknya sudah berniat datang ke rumah Mustain untuk takziah dan berziarah.

Dikatakan, Ardi menjadi salah satu contoh sosok anak muda yang begitu cintanya kepada NU serta para ulama-kiai. Meski dalam kondisi badan kurang sehat sekalipun, almarhum tetap bersemangat untuk hadir di resepsi puncak Satu Abad NU.

‘’Kami datang untuk memberikan support kepada keluarga agar tetap tabah dan bersemangat. Insya Allah kepergian almarhum husnul khatimah,’’ ungkap cicit KH Bisri Syansuri, salah seorang pendiri NU itu.

Evaluasi Resepsi Puncak Harlah Satu Abad NU

Ditanya soal evaluasi atas pelaksanaan Resespi Puncak Satu Abad NU, Gus Salam mengatakan, kehadiran jemaah ke Sidoarjo memang terbilang sangat luar biasa. Dia pun obyektif menyebut hal itu di luar ekspektasi. Jutaan umat beramai-ramai memutihkan Kota Delta.

‘’Ini menunjukkan bahwa kecintaan masyarakat pada NU dan para masyayikh semakin luar biasa. Sekaligus bukti bahwa Jawa Timur menjadi baromater dan basis NU,’’ papar Gus Salam.

Dia pun memberikan apresiasi tinggi kepada Bupati Sidoarjo Akhmad Muhdlor Ali beserta jajaran pemkab. Sebagai tuan rumah, mereka all out dalam menyiapkan semua demi kelancaran resepsi puncak Satu Abad NU.
Demikian juga warga Sidoarjo yang guyup dengan memberikan bantuan makanan dan minuman untuk para jemaah.

‘’Kami juga angkat topi pada Wali Kota Surabaya dan Bupati Gresik yang juga memberikan dukungan penuh,’’ tambah Gus Salam.

Disinggung soal evaluasi atau catatan atas penyelenggaraan acara tersebut, Gus Salam menyatakan, tentu setiap kegiatan ada kekurangan-kekurangannya. Apalagi kegiatan yang melibatkan begitu banyak orang.

“Nah, salah satu catatan agar ke depan bisa semakin baik lagi adalah menyangkut kesiapan dan koordinasi panitia dalam menyambut dan memperlakukan para ulama-kiai sepuh,” tutur Gus Salam.

Menurut Gus Salam, ada cukup banyak kiai-ulama sepuh atau kalangan rais syuriah yang tidak bisa masuk ke lokasi. Mereka tertahan di luar. Bahkan, tidak sedikit yang harus berjalan kaki beberapa kilometer. Padahal, mereka-mereka itu sebetulnya yang paling berhak untuk ditempatkan di panggung utama.

“Sebab, para kiai-ulama itu merupakan ’owner’ dari NU. Kalau kita-kita ini kan hanya haflah atau panitia pelaksana saja,’’ ujarnya.

Terlepas alasannya macet atau apa, lanjut dia, tentu semua masih dapat dikoordinasikan dan dikomunikasikan dari awal agar para kiai sepuh mendapatkan tempat yang selayaknya.

’’Meski saya yakin para kiai sepuh itu tetap ikhlas, mungkin tidak banyak menuntut beliau-beliau, namun adab sebagai santri kan kita mesti bisa menyadari itu semua,’’ ungkap Gus Salam.

Atas nama PWNU, Gus Salam turut meminta maaf atas hal-hal yang kurang berkenan. Baik kepada warga masyarakat, terutama para masyayikh. Gus Salam pun memberikan saran kepada para panitia, terutama dari PBNU, untuk sowan ke para kiai-ulama sepuh atas ketidaknyamanan tersebut.

‘’Menyampaikan terima kasih dan memohon maaf atas semua kejadian itu. Harapannya ke depan tidak terjadi lagi dan dapat semakin baik lagi,’’ tutur Gus Salam mengakhiri. (*)

Tinggalkan Balasan