JOMBANG, TelusuR.ID – Tiban berasal dari kata dasar “tiba” bahasa Jawa yang berarti “jatuh”. Tiban mengandung arti timbulnya sesuatu yang tidak diduga sebelumnya. Sumur tiban yang berada di dusun pandanwangi letaknya di tengah persawahan konon menurut cerita di mayarakat Sumur tiban yang berukuran diameter 25 centimeter dengan kedalaman kisaran 1,5 meter dan di percaya sebagai obat segala macam penyakit, sehingga di datangi banyak pengunjung dari dalam maupun luar daerah. Berhembus kabar berita dari masyarakat bahwa Sumur Tiban di pandanwangi adalah tapal batas antara kerajaan majapahit dan kediri sebelah utara masuk wilayah majapahit selatan masuk ke kerajaan Kediri.
Sejarah kemunculan tiban dimulai masa kerajaan Kediri, berkuasa seorang raja yang otoriter, sang raja ingin disebut dewa. Demikian gambaran raja Kediri yang menyebutnya Kertajaya. Sehingga rakyat menurut perintahnya bukan karena patuh melainkan karena takut. Wilayah kerajaan Kediri termasuk kademangan Ngimbang (sekarang Ngadiluwih) mempunyai 4 kademangan yaitu:
- Kademangan Ngimbang
- Megalamat
- Jimbun
- Ceker
Meskipun diperintah oleh sang raja yang otoriter namun keadaan masyarakat makmur, segala masalah diselesaikan secara gotong royong. Masyarakat yang lebih dahulu panen membagi kepada tetangga, tetapi sayang kepribadian yang demikian tidak dapat perhatian oleh rajanya, bahkan Brahmana pun diminta untuk menyembah dan mendewakan dia. “Matahari berputar, siang berganti malam, sedangkan malam dapat berganti siang”, kata para Brahmana. Artinya keadaan di dunia tidak kekal adanya yang semula kaya dapat juga menjadi miskin, yang gagah perkasa dapat menjadi lemah tak berdaya.
Menurut Penelusuran tim Sakral Nusantara yang bermediasi dengan arwah penghuni sumur yang bernama Mbah Siman membenarkan adanya tentang mitos cerita yang beredar di masyarakat selama ini. Menurut Mbah Siman air sumur tiban yang berada di pandanwangi tersebut mempunyai khasiat untuk obat segala penyakit bisa di minum atau untuk mandi. Dalam sesi komunikasi dengan arwah penunggu sumur tiban, Mbah Siman berpesan agar selalu menjaga peninggalan sejarah dan tidak lupa dengan budaya Jawa adat istiadat, toto kromo atau sopan santun yang mana sekarang banyak ditinggal kan oleh generasi muda saat ini. Sumur tiban atau dikenal dengan nama telogo wangi oleh masyarakat sekitar desa pandanwangi karna dulu airnya berbau wangi. Antara percaya dan tidak tergantung keyakinannya masing masing. Kebenaran sejati hanya milik Alloh SWT. (imron)