JOMBANG, TelusuR.ID – Menandai satu tahun perjalanan kiprah di panggung sosial kemasyarakatan dan kontrol Pemerintahan, LSM GeNaH (Generasi Nasional Hebat) sengaja memilih satu tema humanis untuk memastikan arah gerakan dan nafas keberpihakan lembaga.
Tema humanis itu bertajuk “Diskusi Mata Lebah”. Sebuah semangat dan cara pandang yang menomersatukan nilai kemanfaatan sebagai sisi tujuan tertinggi sebuah lembaga (LSM).
Sebuah semangat dan cara pandang dalam memilah dan memilih sikap demi mendorong terwujudnya kesejahteraan masyarakat dan dimensi sosial. Seperti mata lebah, yang seluruh pergerakannya adalah melangsungkan proses menuju terproduksinya madu.
Berlangsung hari ini di gedung KPRI Jombang, Sabtu (24/12/2022) pukul 09.00 WIB hingga selesai, peringatan satu tahun perjalanan LSM GeNaH di panggung regional Jombang dan Jawa Timur ini dikemas dalam diskusi santai bertajuk “Silaturrahmi dan Ngopi Bareng”.
Seluruh elemen dan pegiat sosial lintas segmen yang ada di kota santri sengaja diundang untuk duduk bersama menikmati secangkir kopi demi sebuah solusi atas persoalan-persoalan publik yang tengah mengemuka di Kabupaten Jombang.
“Ada yang perlu diluruskan atas persepsi kliru yang terlanjur menggurita di tengah masyarakat. Sejauh ini LSM cenderung dipahami sebagai lembaga yang kerjanya hanya mencari kesalahan orang. Dan itu tidak seluruhnya salah, meski sama sekali tidak benar. Karenanya LSM GeNaH akan memulainya dengan gerakan mata lebah, “tutur Hendro Prasetyo, Ketua LSM GeNaH.
Ditengah kehangatan duduk bersama sambil menikmati secangkir kopi, tegas Hendro, LSM GeNaH akan menawarkan evaluasi akhir tahun atas sejumlah persoalan yang saat ini cukup mengemuka di Kabupaten Jombang.
“Sambil minum kopi, kita gali bersama format terbaik untuk penyelesaian sejumlah masalah tersebut, “tegas Hendro. Diantaranya adalah polemik aset pasar Citra Niaga yang saat ini menanggung beban temuan BPK sebesar Rp 2 milyar.
“Saya tidak perduli dengan atmosfir yang melingkupi terjadinya kasus, yang saya tahu setiap aset Daerah harus diselamatkan dan mendapat porsi pengelolaan yang benar. Karena apapun itu, aset Daerah adalah pendulang PAD dan berimplikasi pada kesejahteraan rakyat, “tambahnya.
Tidak hanya isu pasar Citra Niaga, lanjut Hendro, tapi evaluasi akhir tahun juga menambah persoalan lain yang dinilai memiliki perspektif tinggi soal kerakyatan. “Sekali lagi bukan untuk memperuncing keadaan, tapi mencari format penyelesaian terbaik sebagaimana semangat mata lebah, “pungkasnya. (Udin)