Film terbaru James Bond , No Time to Die, berperan sebagai sarana pamitan bagi Daniel Craig. Lewat film kelimanya sebagai agen 007 ini, Daniel secara resmi menutup jejaknya di franchise film ini. Kali ini, untuk selamanya.
Sebelumnya, Daniel menyatakan pensiun sebagai Bond pada 2015 atau setelah Spectre dirilis. Dia bahkan mengatakan akan menyayat pergelangan tangannya ketimbang balik sebagai Bond. Namun, setelah negosiasi panjang, Daniel kembali ke franchise itu. Sekali lagi dan untuk terakhir kalinya.
No Time to Die mungkin menjadi salah satu film yang mengalami penundaan cukup lama akibat adanya pandemi. Beruntungnya, pada 30 September 2021, film kelima sekaligus terakhir dari Daniel Craig sebagai James Bond ini akhirnya resmi dirilis di bioskop sejumlah negara, termasuk Indonesia. Film ini pun melanjutkan konflik yang ada di film sebelumnya, yaitu Spectre (2015).
Sinopsis No Time to Die mengisahkan James Bond yang menjalani masa pensiunnya usai berhasil memenjarakan Ernst Stavro Blofeld (Christoph Waltz) selaku pemimpin organisasi SPECTRE. Namun, tiba-tiba muncul masalah baru di mana ada senjata biologis yang mengancam umat manusia dan berkaitan dengan SPECTRE. Hal ini kemudian membuat Bond akhirnya sekali lagi beraksi buat menghentikan hal tersebut.
Keinginan Bond untuk hidup damai pun belum bisa terwujud. Dia akhirnya kembali menjalani kehidupan sebagai agen mata-mata untuk terakhir kalinya. Serentetan peristiwa yang kemudian terjadi pada dirinya, pada akhirnya, membuatnya harus melakukan keputusan besar.
Berdurasi 2 jam 43 menit, No Time to Die adalah film Bond terpanjang dalam sejarah franchise ini. Dengan durasi panjang ini, tak heran jika banyak yang berharap banyak aksi seru terjadi di dalamnya. Harapan ini memang tidak terlalu sia-sia.
Sejak awal, adegan ledakan, tembak-tembakan dan kejar-kejaran dengan mobil atau sepeda motor sudah terjadi. Film ini berpacu dengan cepat di menit-menit awal. Sepertinya mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk berbagi cerita.
Berbagai twist pun terjadi. Dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit, semua ada dan rata-rata memang menarik. Namun, tidak banyak kejutan terjadi. Plotnya yang agak datar, membuat sejumlah twist di film ini pun jadi gampang ditebak.
Masa Pensiun James Bond yang Terganggu Masa Lalu
Seperti yang sempat dibahas di bagian pembuka, James Bond menikmati masa pensiunnya setelah berhasil mengalahkan Blofeld selaku pemimpin SPECTRE di film sebelumnya. Namun, Bond tak sendirian, karena dia ditemain oleh Madeleine Swann (Léa Seydoux) yang kini sudah resmi jadi pasangan hidupnya. Sayangnya, kehidupan tentram keduanya terganggu ketika mereka diserang oleh sekelompok orang misterius.
Bond pun menduga kalau pihak yang menyerang mereka merupakan orang dari masa lalu Swann yang belum pernah diungkapkan kepadanya. Hal ini pun akhirnya membuat Bond memilih buat memisahkan diri dengan Swann dengan meninggalkan sang cewek di sebuah stasiun kereta.
Lima tahun setelah kejadian yang melibatkan Swann, Bond yang masih pensiun didatangi oleh agen CIA sekaligus temannya yang ingin merekrut dia buat sebuah misi. Tugas tersebut adalah untuk menyelamatkan seorang ilmuwan dari sebuah program senjata biologis milik MI6 bernama “Heracles”. Ilmuwan tersebut pun diculik oleh sebuah kelompok misterius yang juga mengambil senjata biologis buatan MI6 tersebut.
Namun, misi penyelamatan ilmuwan tersebut justru menjadi sebuah hal yang tak diduga-duga oleh Bond. Soalnya, kelompok misterius yang terlibat dalam penculikan tersebut ternyata berhubungan dengan organisasi SPECTRE dan juga masa lalu Madeleine Swann. Bond pun akhirnya terpaksa untuk berhenti dari masa pensiunnya buat menyelesaikan masalah yang berasal dari masa lalunya sekaligus Swann.
Hubungan James Bond dan Madeleine Swann yang Jadi Daya Tarik Utama Filmnya
Dalam sejumlah film James Bond, kita hampir selalu ditampilkan dengan sosok Bond Girl, sebutan bagi karakter cewek yang jadi love interest atau setidaknya punya peran penting bagi misi yang dijalani James Bond. Terlepas dari hubungan dekatnya dengan para Bond Girl, James Bond bisa dibilang tak pernah memiliki hubungan yang sangat terikat atau penuh komitmen dengan mereka.
Akan tetapi, hal tersebut enggak berlaku bagi sosok Madeleine Swann yang telah menjadi Bond Girl di dua film, yaitu Spectre dan juga No Time to Die. Soalnya, selepas aksinya di Spectre, Swann tetap menjalin hubungan asmara dengan James Bond. Malahan, hubungan mereka berada di tahap yang sangat serius sampai-sampai Bond rela pensiun sebagai agen MI6 hanya demi menjalani hidup tenang bersama Swann.
Nah, hubungan keduanya pun menjadi daya tarik utama dalam film No Time to Die. Soalnya, ini mungkin pertama kalinya Bond terlihat memiliki hubungan penuh komitmen dengan seorang cewek sepanjang penampilannya di layar lebar. Apalagi, masa lalu keduanya membuat hubungan mereka memiliki konsekuensi besar yang kemudian menjadi konflik utama dalam film ini.
Kehadiran Villain yang “Sopan” nan Mengancam
Lewat No Time to Die, kita akan disajikan dengan penampilan Rami Malek sebagai villain utamanya, yaitu Lyutsifer Safin. Karakter yang satu ini merupakan sosok dari masa lalu Madeleine Swann yang datang kembali buat memanfaatkan sang cewek demi suatu tujuan yang jahat. Tujuan tersebut adalah buat menewaskan jutaan orang di Bumi dengan menggunakan sebuah senjata biologis.
Rami Malek pun bisa dibilang sukses memerankan sosok Lyutsifer Safin di film ini dan menjadikannya salah satu villain memorable di waralaba James Bond. Soalnya, Safin digambarkan sebagai villain yang “sopan”, dalam arti selalu bertutur kata halus dan tak pernah bertindak emosional seperti villain pada umumnya.
Meski begitu, kehadirannya tetap selalu memberikan nuansa yang sangat mengancam, bahkan ketika dia duduk diam sekalipun. Selain itu, tujuan Safin buat membunuh jutaan orang juga bukan karena faktor yang berbau politik atau semacamnya, melainkan hanya ingin “merapikan” dunia.
Penampilan Lashana Lynch dan Ana de Armas yang Badass
Pada film No Time to Die, kita diperkenalkan dengan dua karakter cewek baru, yaitu Nomi serta Paloma yang masing-masing diperankan oleh Lashana Lynch dan Ana de Armas. Keduanya pun digambarkan sebagai cewek badass yang terlibat di sejumlah adegan pertarungan. Hal ini karena keduanya merupakan agen dari sebuah badan intelejen.
Sosok Nomi yang diperankan Lynch digambarkan sebagai anggota MI6 yang bergabung dengan program agen 00 yang kemudian memakai kode 007 usai James Bond pensiun. Skill-nya sebagai 007 yang baru pun enggak kalah memukau dengan James Bond sehingga jadi aset penting buat menjalani misi di film ini. Tak cuma itu, kepribadian Nomi juga sama elegannya dengan Bond sehingga memang layak jadi penerusnya.
Lalu, penampilan Ana de Armas sebagai agen CIA bernama Paloma yang membantu Bond di film ini juga sukses jadi scene stealer karena sikapnya yang badass, tapi lugu nan menggemaskan. Sayangnya, porsi Armas sebagai Paloma di film ini terbilang sangat sedikit karena hanya muncul di satu misi saja. Jadi, buat kalian yang niat nonton No Time to Die cuma buat melihat Ana de Armas kemungkinan akan sangat kecewa.
Tanpa membocorkan plotnya, harus diakui bahwa ending James Bond versi Craig diakhiri dengan sangat epik. Tak cuma itu, terdapat juga momen mengharukan yang bernuansa kekeluargaan sebelum akhirnya kita berpisah dengan James Bond versi Craig. Kalau bisa dibilang, Craig benar-benar mengakhiri pejalanannya dengan sempurna sekaligus meninggalkan sebuah warisan yang besar bagi waralaba ini.
Secara garis besar, No Time to Die menjadi penutup yang sempurna sekaligus penuh aksi bagi perjalanan Daniel Craig sebagai James Bond. Kalau kalian sudah mengikuti perjalanan Craig sebagai sang agen 007 sejak awal, maka film ini wajib banget buat kalian tonton ketika rilis di bioskop mulai 30 September 2021.
Selalu patuhi protokol kesehatan selama berada di bioskop. Tetap kenakan masker dan jangan makan atau minum selama film diputar! Selamat menonton!